Pages

Tuesday, May 15, 2012

Kertas Kecil SHORT STORY



Kertas Kecil
                
Kertas kecil yang selalu terbuang menangis terisak-isak dikolong tempat sampah. Hidupnya kini berbeda dari sebelumnya, dari ibu sang kayu menjadi kertas putih dan suci kini terbawa angin, terombang-ambing di jalanan, debu dan asap membuat dirinya ternoda seperti sampah yang hampir punah. Air hujan membuat dia kusut, tapi terik matahari membuat dia kering berantakan.
                Dulu kertas kecil diciptakan untuk menulis lembaran ilmu dan gambaran cantik, atau sekedar catatan kecil yang digunakan oleh orang-orang sibuk, atau  kertas berisi nomor penting dan surat-surat penting yang disimpan di lemari-lemari rapi dengan bendel khusus. Tapi tidak sepertiku. Kertas sepertiku hanya digunakan dalam masalah egoisintras dan tidak bermakna. Padahal sosok muda yang menjumputku adalah sebuah generasi. Entahlah, mungkin ini hanya cerita dan takdir palsu dari Tuhan.
                Pagi itu aku masih tertata di etalase toko peralatan tulis “Pelajar”. Aku masih dengan teman-temanku dalam satu bendel. Takdirku mulai dari situ, aku melihat dari kejauhan seorang pelajar dengan motornya menunjang ember, dan “sreet”, sepertinya dia tergesa-gesa pagi itu. Dia kelihatanya masih di bangku sekolah atas. Aku menengok melihat jam “pukul tujuh lima belas?” benaku. Sepertinya anak itu telat pergi ke sekolah.
                “beli kertas isi mbak!”, katanya kasar pada seorang pelayan toko.
                “berapaan mas? Ukuranya?”, ujar mbak penjaga toko.
                “ahh..yang biasa aja deh!”
                Akhirnya hari itu juga aku berpisah dengan teman-temanku. Aku dijual oleh anak itu. Akhirnya aku dimasukan kedalam tas, didalam tas sangat gerah, bau tas seakan seperti bau rokok. Aku melihat sekeliling, dan ku tengok ternyata  ada buku-buku pelajaran. “hah . . . “ aku juga melihat buku-buku porno dan sejumlah batang rokok Mild. Ternyata anak ini adalah anak yang berantakan. “siiittttt ….” Sepertinya motor sudah terhenti.
                Akupun dikeluarkan diatas meja.  “Anak-anak hari ini ulangan” kata seorang wanita tua berambut putih, memakai kaca mata, dan memegang laptop Acer nya. Ku dengar bisikan dari anak yang membawaku, “Bajingan loe bu’!!!!, gue blom belajar nie”. Lalu sepotong kertas bertuliskan “reaksi kimia” terpampang di meja menjadi sarapan pagi bagi bocah itu. Kemudian bocah itu menorehkan tinta padaku. Sepertinya anak itu menuliskan jawaban padaku, “apakah dia menuliskan jawaban yang sebenarnya?”
                “Waktu  habis!!” kata wanita tua itu. “sial….masih banyak yang blom gue kerjain nie”. Lalu akupun dibawa kedepan kelas dan ditumpuk bersama kertas-kertas lain. Lalu kelaspun berakhir dan aku dibawa ke meja guru.”srrreett…ssrreett,  dasar bodoh.” Kata wanita tua kepadaku. Banyak sekali tinta merah yang menodaiku. Yang paling aku kagetkan adalah tulisan tinta merah bertuliskan 0,5.
                Pagi harinya wanita tua itu membawaku kedalam kelas. Lalu dia mengembalikanku kepada bocah itu.  Akupun tau bahwa nama bocah itu adalah Darma. “Darma….kenapa nilai ulanganmu seperti ini ?” kata si tua. “Tau lah bu”, jawab darma. “owh…menyepelekan saya??? kelluuuaaarrr!!!” lalu darma membawaku keluar kelas. Dia langsung menuju motornya di parkiran, memasukkanku kedalam tas, lalu, Gelap…
                Setelah berkutat dengan barang-barang terkutuk di dalam tas, akhirnya akupun dikeluarkan kembali. “Astaga….apa itu?” segerombolan anak-anak nakal berkumpul, merokok, dan mabuk-mabukan. “Lalu untuk apa aku dikeluarkan?”
“Hei bro. . .ada barang baru nih” kata darma. “apa ??” kata salah seorang temannya.
“nihh..” Darma menyodorkan sebungkus serbuk putih.
“weiittss. .gue mau tuh, sini..”
Lalu anak-anak itu mulai mengeluarkan serbuk putih itu dan menghirupnya.
“Astaga…itu sabu-sabu”. Aku semakin kaget ketika salah seorang dari mereka mengambilku dan meletakkan sabu itu di atasku. “Hufh..malang sekali nasibku.” Tak selang beberapa lama, terdengar sirene. Polisi datang dan merekapun  bubar tak karuan. Anak yang membawaku termasuk salah satu dari mereka yang tertangkap. Lalu bagaimana dengan nasibku?? Aku dibuang begitu saja bersama  sabu-sabu itu. Aku…selambar kertas malang pembungkus barang terkutuk yang terlempar ditanah, dan tak tau sampai kapan aku akan disini……

                                                                                The End
Sabtu, 22 Oktober 2011

0 comments: