Doel Sampen (stagnan protes)
Aku berteriak keras melemparkan buku ke langit-langit. Kurasakan debu dan sarang laba-laba jatuh menghiasi rambutku.
Kemudian aku menghina buku itu dengan hinaan omong kosong. Mulai dari bab satu aku hina dengan lesson fuckers, hingga bab terakhir sampai foto si pengarang buku itu aku edit manual dengan adobe tanganshop. Aku memberikan efek-efek penghinaan didalam foto si pengarang buku radikal itu.
"IM MATHEMATICLESS!"
Aku berteriak keras dan ambruk di tempat tidur.
"krik krik krik", suara anjing betina atau "kirik" melolong minta kawin. Aku mulai terbangun dan kulihat jam 02.15. Baguslah aku terbangun, biar aku jadi sobat para memedhi malam yang melacur untuk para manusia-manusia genit.
"dhemit tunasusila!", aku menghina mahluk penakut itu. Buktikan hai dedhemit malang kalau kamu berani sama manusia tidak usah sembunyi-sembunyi. Ini bukan waktunya "sem seman".
Aku lalu bangun dan merapikan buku propaganda itu. Aku masukan kedalam tas dan "pcckk". Aku terlelap untuk yang ke dua kalinya.
***
Apa kalian membisu? Apa kalian ingin jadi anak bajingan yang tidak memiliki esistensi pendidikan? Apa kalian ingin bersolek menjual harga diri yang berharga 500 perak? Pergi sana dari sini, dari dunia orang-orang pintar! Pergi dasar anjing pecik.
"braak", aku terbangun dari mimpi buruk. Ilerku meleleh garing disekeliling "bongor" ini. Jam 06.30, oh tidak itu meleset 45 menit. Sekarang jam 05.45. Aku mulai mandi, sarapan dan berangkat sekolah.
"soorrr!", langit cengeng mamah! Aku gak mau berangkat cekolah! Dasar langit cengeng, aku musti pakai jas dines ini?
"pengharapan anak kampung seperti aku tak seharusnya tinggi-tinggi, nanti aku malu jadi anak kampung lagi soalnya sudah jadi anak metropolitan (lah nek iso nggayoh) ;seperti kumbang tai yang mengharap istana ;seperti anak ayam yang lupa induknya"
Iya nggak tho? Pikiranku masih melayang-layang. Dipikiranku aku coba download materi matematika, fisika, kimia dan ilmu alam. "download failed; error in connection"
"ndase, ndasku ra koyo ndasmu!"
Aku memang brengsek, kenapa tho? Kenapa aku nggak bisa pinter?
Jawabanya "takdir", oalah. .takdir? Tuhan kok dijadikan kambing hitam. Aku ini yang kambing hitam berintil dan bau prengus. Cocoknya aku ini tidak sekolah di Sekolah Pertama tingkat Atas Yogyakarta nomor satu. Kebobolan angka NEM memang brilian tapi efeknya bajingan. Jadinya aku cuman "kepontal-pontal le nimbo ngelmu", aku tidak lagi berpikir konstant, dimensi hidupku terbaur ruangan bersinar X, aku terbang bagaikan kupu-kupu dimalam hari tapi bukan kupu-kupu malam. Aku lalu terbang dan "ngiik",
"ini pak, seribuan!"
Turunlah aku dari City transportation alias "angkot" bergambar lambang koperasi RI.
Sampailah digerbang penuh adrenalin, komedi pelajaran dan badut-badut tanpa tanda jasa menyapaku dan berkata "tidak ada perkataan yang diketik", aku yang berkata "selamat pagi" dan dia juga sedemikian.
***
Sampailah aku didalam ruangan yang disebut "kelas", sekumpulan peliharaan yang ingin menuntut IPTEK dan IP mulai berjejeran. Mereka mulai menghiantati martabat pendidikan dengan tidak mengerjakan PR dengan satu alasan sederhana "malas".
Mereka mengkonsumsi pengetahuan yang tidak pernah terserat gizinya, hanya menjadi tai saja.
"daun-daun berjatuhan, pensil tergores pada kertas-kertas, guru bersepuh dalam aim nya"
"apa perbedaan beda dan sama?"
"kalau beda itu artinya tidak sama, kalau sama artinya tidak berbeda" sama-sama berbeda tapi sama-sama sama.
Pelajaran mulai terasa seperti omong kosong.
"EG=P Cos G=m.t" rumus disacceptable yang berarti
"emang gue pikirin cos gue gak mudeng tuh"
***
"teng teng kloteng", lonceng pembebasan kepada hak authority untuk sebuah kemerdekan non edukasi telah datang. Bibirku tersenyum bulan sabit. Aku mulai melakukan "LIKE" alias jempolan buat ngadang angkot.
"senyumlah walau pahit, hari ini angkot tahun depan Ninja 5 tag, senyuman ini menutupi eksistensimu, senyuman ini kesabaranmu, senyuman ini bajingan"
"kimcil kamu?"
"aku?"
"iya"
"aku? Siapa aku?"
Aku terngiang-ngiang mendapat tanggapan buat tunasusilawan.
"ini angkot mas bukan tempat prostitusi"
"situ yang kimcil", batinku menatap pemuda itu. Alasan apa yang membuat kamu berekakarsa berargumen seperti itu?
"bercerminlah dalam air jernih bukan di air keruh"
Bagaimana jika di air comberan? Aku memang shock diam 5 kalimat. Semua tatapan mata-mata penguping itu malah percaya pada pemuda mucikari yang tak punya prudensialisme.
Mungkin ini predestinasi.
"aku turun dari angkot secepat mungkin, perfect tanpa epek-epek" my planning. "kiri pak!", turun cek! bebas dari pemuda assolole.
Kredibilitasku akan martabat semakin menurun saja.
"hidup menjadi orang baik tetapi banyak musuh atau hidup menjadi orang jahat tetapi nol musuh"
Aku bingung dengan pilihan, itu konflik yang berkepanjangan? Pikiranku campur bagai sayur lodeh dicampur cap cai. "bangkai akan tetap tercium busuk walau sudah disemprot parfume", sama arti dengan hidupku?
"kejelekan akan tetap dikenal pada kita walau sudah ditutup-tutupi"
***
Aku terkapar di ranjang tempat tidurku, memikirkan seribu mimpi yang satu persatu hanya akan menjadi ambisi omong kosong saja.
"aku membuat puisi"
"siapa aku?"
"aku orang"
Ya aku akan membuat puisi protes hidup sepanjang itu masih dalam "penindasan".
"bangsa bangsat, tanah airku sekarang adalah rumah tikus. Angkot hijau itu sekarang kandang ayam dan aku adalah biji jagung didalamnya. Sekolah itu sekarang pabrik pembuat produk yang bernama 'stress'. BBM itu sekarang dunia prostitusi. Twitter itu adalah ajang pamer. Facebook itu tempat curahan nafsu. Chatting itu adalah pemborosan pulsa (nyata)"
Kemudian aku lipat dan kumasukan didalam amplop, tertulis "Buat Pemuda Keple didalam angkot Koperasi jalur 16"
"Tertanda Aku Si Kimcil"
***
Ini adalah bagian cerita yang mungkin sangat linear dengan garis hubung "hina" dan garis "rendah". Bagian ini mungkin 65% menganggu pikiranku saat hendak melakukanya. "njongok ing pinggir ratan oleh sangu ratusan" yang berarti "pengemis mendapat uang = sesuatu yang menyebalkan/njelei tapi tetap mendapatkan untungnya", mungkin bagian ini adalah stoliditas yang mampu menunut anda untuk berpikir ulang akan sifat komersial.
"AKU BENCI CUKUR RAMBUT TAPI AKU BERUNTUNG MENDAPATKANYA"
Simpel dan supel! Sesuatu yang "njegidel" dihatiku. Pertama kamu harus menunggu didepan banyak mahluk-mahluk gondrong, mereka mungkin saja berkata "amboi, rambut kimcil jelek", "wow, potongan rambutnya sungguh dibawah standar gaul"
Persetan cuih taek!
"cukur mas"
"gimana?"
"menurut L? Situ kan yang tukang cukur?"
"modelnya mas?"
"owwh. ."
"model owwh gimana ya mas?"
Apa mungkin ada model "owwh" didalam dunia hair style?
***
"sekarang adalah jaman gincu, bersolek dengan pupur, jaman gincu gak mau kalo belum SATRIA FU, jaman pupur gak mau kalo Mega Por"
Prosotan kehidupan semakin stagnan dalam proses "baiksasi". Kenapa?
"lo mau gak makan bareng gue, gue yang bayarin!"
"mau dong"
"maaf yank dompetku ketinggalan"
"ndase, cowok kere ngejak madang nang restoren wong londho"
Adegan diatas mendapat sebutan "Sungguh ironi"
IRONI adalah ketika ada orang sedang makan mie ayam nan lezat sambil melihat berita korban gempa di Padang yang memakan banyak korban jiwa, orang itu berkata "sungguh kasihan sekali!", tapi dia masih lahap memakan mie itu.
Tentu, aku masih berbaring semalaman sambil berkata "sungguh ironi hidupku ini, aku tidak sadar betapa tampanya aku. . ."
"diase, emang ya ironi itu 360 derajat berbalik dari kenyataan"
***
Pagi hari langit tidak cengeng, mamah aku berangkat cekolah dulu ya! Calim, muach kiss bye!
"suukk. ."
"mamah, uang jajanya mana?"
"ini. ."
"ini apa?"
"uang jajan"
"1000 ?"
"iya"
"buat apa? InFUCK?"
"iya"
"mamah ini buat infaq tapi kamu memang In FUCK!"
Aku tercengang duit ini hanya langsung kujual kepada Pak Sopir. Indonesia memang menipu ya? Bayangin;
Rp. 1000, 00 = 0 dolar
US$ 1 = Rp. 12.500, 00
Kasihan akuntan di Indonesia, cuman kebanyakan nilai "ndol" yang membuat puyeng. Salah ndol sedikit aja uda banyak bedanya.
Contoh 100.000 , jika para akuntan lagi ada masalah ranjang dengan istrinya, anaknya rewel, mobilnya mogok, sarapan tadi pagi cuman growol, dan "sreet" 100.0000 kesalahan satu 0 jadi 1 juta.
Para pembaca yang manis dan cantik juga tampan, (emang bencong thailand apa yang punya tiga hal itu) ini berarti "tidak ada kegiatanpun juga menjadi suatu masalah" jangan anda pikir masalah datang dari banyak orang yang berkegiatan.
"hehe. . ."
Aku tertawa kepada layar handphone yang tertulis "eh, olah raga hari ini kucing-kucingan"
Jangan negative ya, maksudnya "bola kucingan kok"
Dan "brookk. ."
"gusti, "
"aku"
"aku ki kok tibo?"
***
Aku memang 50% anak eskapisme, menghindari realita masalah dengan sebuah hiburan. Kamu tahu ini adalah hari sabtu,
"fucking sat nite"
Lalu aku menghindar dari yang ada didalam tanda petik dengan main sama teman. (SALAH! ESKAPISME BUKAN SEPERTI CONTOH DIATAS) namanya uda fucking sat nite ya jelas ada alasan kenapa fuck sama sat nite mungkin karena emang di sat nite kagak bisa maen-maen jadinya ya fuck gitu. Understand!
***
"sampailah aku di kelas 10 C, Ini adalah bagian dari penerapan kasta dijaman gincu. Bodoh di D, Amat bodoh di C, Pintar di B, Genius dia A. Itulah peranan kita sebagai manusia, mengakui kekurangan kita.
***
"Mbah kromo adalah orang monogami setia didesaku, dia mempunyai istri bernama Sampen" apa yang bisa dipetik dalam kalimat ini?
1. Kata "kromo" seharusnya diawali dengan huruf kapital.
2. Kata "didesa" seharusnya dipisah.
Banyak dari teman-teman gue yang mengidentifikasi hanya setengah-setengah. Ayo dong ROHANI dan JASMANI nya di"ehhh" kan!
***
Sopan santun adalah ajaran preposisi untuk sebuah kebaikan. Kebaikan mengungkit syarat dan ketentuan yang berlaku dan paskaposisi dari suatu kebaikan adalah hasil preposisinya.
Didalam sebuah metromini
"sini buk duduk"
"sampeyan nggak liat aku lagi ambeyen!"
Siapa yang salah?
A. Ibu
B. Anak
C. Ambeyen
Jawabanya adalah tidak adanya sopan santun si ibu (masih berpikir kognitif saja kamu pembaca!)
Preposi kebaikan alias sopan santun itu harus.
***
Cerpen ke- 2 "Doel Sampen; Surat untuk Si Adik" #2
Written by Yusan Prasetyo
Aku berteriak keras melemparkan buku ke langit-langit. Kurasakan debu dan sarang laba-laba jatuh menghiasi rambutku.
Kemudian aku menghina buku itu dengan hinaan omong kosong. Mulai dari bab satu aku hina dengan lesson fuckers, hingga bab terakhir sampai foto si pengarang buku itu aku edit manual dengan adobe tanganshop. Aku memberikan efek-efek penghinaan didalam foto si pengarang buku radikal itu.
"IM MATHEMATICLESS!"
Aku berteriak keras dan ambruk di tempat tidur.
"krik krik krik", suara anjing betina atau "kirik" melolong minta kawin. Aku mulai terbangun dan kulihat jam 02.15. Baguslah aku terbangun, biar aku jadi sobat para memedhi malam yang melacur untuk para manusia-manusia genit.
"dhemit tunasusila!", aku menghina mahluk penakut itu. Buktikan hai dedhemit malang kalau kamu berani sama manusia tidak usah sembunyi-sembunyi. Ini bukan waktunya "sem seman".
Aku lalu bangun dan merapikan buku propaganda itu. Aku masukan kedalam tas dan "pcckk". Aku terlelap untuk yang ke dua kalinya.
***
Apa kalian membisu? Apa kalian ingin jadi anak bajingan yang tidak memiliki esistensi pendidikan? Apa kalian ingin bersolek menjual harga diri yang berharga 500 perak? Pergi sana dari sini, dari dunia orang-orang pintar! Pergi dasar anjing pecik.
"braak", aku terbangun dari mimpi buruk. Ilerku meleleh garing disekeliling "bongor" ini. Jam 06.30, oh tidak itu meleset 45 menit. Sekarang jam 05.45. Aku mulai mandi, sarapan dan berangkat sekolah.
"soorrr!", langit cengeng mamah! Aku gak mau berangkat cekolah! Dasar langit cengeng, aku musti pakai jas dines ini?
"pengharapan anak kampung seperti aku tak seharusnya tinggi-tinggi, nanti aku malu jadi anak kampung lagi soalnya sudah jadi anak metropolitan (lah nek iso nggayoh) ;seperti kumbang tai yang mengharap istana ;seperti anak ayam yang lupa induknya"
Iya nggak tho? Pikiranku masih melayang-layang. Dipikiranku aku coba download materi matematika, fisika, kimia dan ilmu alam. "download failed; error in connection"
"ndase, ndasku ra koyo ndasmu!"
Aku memang brengsek, kenapa tho? Kenapa aku nggak bisa pinter?
Jawabanya "takdir", oalah. .takdir? Tuhan kok dijadikan kambing hitam. Aku ini yang kambing hitam berintil dan bau prengus. Cocoknya aku ini tidak sekolah di Sekolah Pertama tingkat Atas Yogyakarta nomor satu. Kebobolan angka NEM memang brilian tapi efeknya bajingan. Jadinya aku cuman "kepontal-pontal le nimbo ngelmu", aku tidak lagi berpikir konstant, dimensi hidupku terbaur ruangan bersinar X, aku terbang bagaikan kupu-kupu dimalam hari tapi bukan kupu-kupu malam. Aku lalu terbang dan "ngiik",
"ini pak, seribuan!"
Turunlah aku dari City transportation alias "angkot" bergambar lambang koperasi RI.
Sampailah digerbang penuh adrenalin, komedi pelajaran dan badut-badut tanpa tanda jasa menyapaku dan berkata "tidak ada perkataan yang diketik", aku yang berkata "selamat pagi" dan dia juga sedemikian.
***
Sampailah aku didalam ruangan yang disebut "kelas", sekumpulan peliharaan yang ingin menuntut IPTEK dan IP mulai berjejeran. Mereka mulai menghiantati martabat pendidikan dengan tidak mengerjakan PR dengan satu alasan sederhana "malas".
Mereka mengkonsumsi pengetahuan yang tidak pernah terserat gizinya, hanya menjadi tai saja.
"daun-daun berjatuhan, pensil tergores pada kertas-kertas, guru bersepuh dalam aim nya"
"apa perbedaan beda dan sama?"
"kalau beda itu artinya tidak sama, kalau sama artinya tidak berbeda" sama-sama berbeda tapi sama-sama sama.
Pelajaran mulai terasa seperti omong kosong.
"EG=P Cos G=m.t" rumus disacceptable yang berarti
"emang gue pikirin cos gue gak mudeng tuh"
***
"teng teng kloteng", lonceng pembebasan kepada hak authority untuk sebuah kemerdekan non edukasi telah datang. Bibirku tersenyum bulan sabit. Aku mulai melakukan "LIKE" alias jempolan buat ngadang angkot.
"senyumlah walau pahit, hari ini angkot tahun depan Ninja 5 tag, senyuman ini menutupi eksistensimu, senyuman ini kesabaranmu, senyuman ini bajingan"
"kimcil kamu?"
"aku?"
"iya"
"aku? Siapa aku?"
Aku terngiang-ngiang mendapat tanggapan buat tunasusilawan.
"ini angkot mas bukan tempat prostitusi"
"situ yang kimcil", batinku menatap pemuda itu. Alasan apa yang membuat kamu berekakarsa berargumen seperti itu?
"bercerminlah dalam air jernih bukan di air keruh"
Bagaimana jika di air comberan? Aku memang shock diam 5 kalimat. Semua tatapan mata-mata penguping itu malah percaya pada pemuda mucikari yang tak punya prudensialisme.
Mungkin ini predestinasi.
"aku turun dari angkot secepat mungkin, perfect tanpa epek-epek" my planning. "kiri pak!", turun cek! bebas dari pemuda assolole.
Kredibilitasku akan martabat semakin menurun saja.
"hidup menjadi orang baik tetapi banyak musuh atau hidup menjadi orang jahat tetapi nol musuh"
Aku bingung dengan pilihan, itu konflik yang berkepanjangan? Pikiranku campur bagai sayur lodeh dicampur cap cai. "bangkai akan tetap tercium busuk walau sudah disemprot parfume", sama arti dengan hidupku?
"kejelekan akan tetap dikenal pada kita walau sudah ditutup-tutupi"
***
Aku terkapar di ranjang tempat tidurku, memikirkan seribu mimpi yang satu persatu hanya akan menjadi ambisi omong kosong saja.
"aku membuat puisi"
"siapa aku?"
"aku orang"
Ya aku akan membuat puisi protes hidup sepanjang itu masih dalam "penindasan".
"bangsa bangsat, tanah airku sekarang adalah rumah tikus. Angkot hijau itu sekarang kandang ayam dan aku adalah biji jagung didalamnya. Sekolah itu sekarang pabrik pembuat produk yang bernama 'stress'. BBM itu sekarang dunia prostitusi. Twitter itu adalah ajang pamer. Facebook itu tempat curahan nafsu. Chatting itu adalah pemborosan pulsa (nyata)"
Kemudian aku lipat dan kumasukan didalam amplop, tertulis "Buat Pemuda Keple didalam angkot Koperasi jalur 16"
"Tertanda Aku Si Kimcil"
***
Ini adalah bagian cerita yang mungkin sangat linear dengan garis hubung "hina" dan garis "rendah". Bagian ini mungkin 65% menganggu pikiranku saat hendak melakukanya. "njongok ing pinggir ratan oleh sangu ratusan" yang berarti "pengemis mendapat uang = sesuatu yang menyebalkan/njelei tapi tetap mendapatkan untungnya", mungkin bagian ini adalah stoliditas yang mampu menunut anda untuk berpikir ulang akan sifat komersial.
"AKU BENCI CUKUR RAMBUT TAPI AKU BERUNTUNG MENDAPATKANYA"
Simpel dan supel! Sesuatu yang "njegidel" dihatiku. Pertama kamu harus menunggu didepan banyak mahluk-mahluk gondrong, mereka mungkin saja berkata "amboi, rambut kimcil jelek", "wow, potongan rambutnya sungguh dibawah standar gaul"
Persetan cuih taek!
"cukur mas"
"gimana?"
"menurut L? Situ kan yang tukang cukur?"
"modelnya mas?"
"owwh. ."
"model owwh gimana ya mas?"
Apa mungkin ada model "owwh" didalam dunia hair style?
***
"sekarang adalah jaman gincu, bersolek dengan pupur, jaman gincu gak mau kalo belum SATRIA FU, jaman pupur gak mau kalo Mega Por"
Prosotan kehidupan semakin stagnan dalam proses "baiksasi". Kenapa?
"lo mau gak makan bareng gue, gue yang bayarin!"
"mau dong"
"maaf yank dompetku ketinggalan"
"ndase, cowok kere ngejak madang nang restoren wong londho"
Adegan diatas mendapat sebutan "Sungguh ironi"
IRONI adalah ketika ada orang sedang makan mie ayam nan lezat sambil melihat berita korban gempa di Padang yang memakan banyak korban jiwa, orang itu berkata "sungguh kasihan sekali!", tapi dia masih lahap memakan mie itu.
Tentu, aku masih berbaring semalaman sambil berkata "sungguh ironi hidupku ini, aku tidak sadar betapa tampanya aku. . ."
"diase, emang ya ironi itu 360 derajat berbalik dari kenyataan"
***
Pagi hari langit tidak cengeng, mamah aku berangkat cekolah dulu ya! Calim, muach kiss bye!
"suukk. ."
"mamah, uang jajanya mana?"
"ini. ."
"ini apa?"
"uang jajan"
"1000 ?"
"iya"
"buat apa? InFUCK?"
"iya"
"mamah ini buat infaq tapi kamu memang In FUCK!"
Aku tercengang duit ini hanya langsung kujual kepada Pak Sopir. Indonesia memang menipu ya? Bayangin;
Rp. 1000, 00 = 0 dolar
US$ 1 = Rp. 12.500, 00
Kasihan akuntan di Indonesia, cuman kebanyakan nilai "ndol" yang membuat puyeng. Salah ndol sedikit aja uda banyak bedanya.
Contoh 100.000 , jika para akuntan lagi ada masalah ranjang dengan istrinya, anaknya rewel, mobilnya mogok, sarapan tadi pagi cuman growol, dan "sreet" 100.0000 kesalahan satu 0 jadi 1 juta.
Para pembaca yang manis dan cantik juga tampan, (emang bencong thailand apa yang punya tiga hal itu) ini berarti "tidak ada kegiatanpun juga menjadi suatu masalah" jangan anda pikir masalah datang dari banyak orang yang berkegiatan.
"hehe. . ."
Aku tertawa kepada layar handphone yang tertulis "eh, olah raga hari ini kucing-kucingan"
Jangan negative ya, maksudnya "bola kucingan kok"
Dan "brookk. ."
"gusti, "
"aku"
"aku ki kok tibo?"
***
Aku memang 50% anak eskapisme, menghindari realita masalah dengan sebuah hiburan. Kamu tahu ini adalah hari sabtu,
"fucking sat nite"
Lalu aku menghindar dari yang ada didalam tanda petik dengan main sama teman. (SALAH! ESKAPISME BUKAN SEPERTI CONTOH DIATAS) namanya uda fucking sat nite ya jelas ada alasan kenapa fuck sama sat nite mungkin karena emang di sat nite kagak bisa maen-maen jadinya ya fuck gitu. Understand!
***
"sampailah aku di kelas 10 C, Ini adalah bagian dari penerapan kasta dijaman gincu. Bodoh di D, Amat bodoh di C, Pintar di B, Genius dia A. Itulah peranan kita sebagai manusia, mengakui kekurangan kita.
***
"Mbah kromo adalah orang monogami setia didesaku, dia mempunyai istri bernama Sampen" apa yang bisa dipetik dalam kalimat ini?
1. Kata "kromo" seharusnya diawali dengan huruf kapital.
2. Kata "didesa" seharusnya dipisah.
Banyak dari teman-teman gue yang mengidentifikasi hanya setengah-setengah. Ayo dong ROHANI dan JASMANI nya di"ehhh" kan!
***
Sopan santun adalah ajaran preposisi untuk sebuah kebaikan. Kebaikan mengungkit syarat dan ketentuan yang berlaku dan paskaposisi dari suatu kebaikan adalah hasil preposisinya.
Didalam sebuah metromini
"sini buk duduk"
"sampeyan nggak liat aku lagi ambeyen!"
Siapa yang salah?
A. Ibu
B. Anak
C. Ambeyen
Jawabanya adalah tidak adanya sopan santun si ibu (masih berpikir kognitif saja kamu pembaca!)
Preposi kebaikan alias sopan santun itu harus.
***
Cerpen ke- 2 "Doel Sampen; Surat untuk Si Adik" #2
Written by Yusan Prasetyo